KUATKAN TEKAD SAUDARAKU Sempat melintas bisikan-bisikan setan di
telinga dan meluncur ke otak laksana rudal patriot Amerika yang
menghancurkan pabrik obat di Sudan sana. ia bernisik mengatakan bahwa kamu adalah seorang pemuda biasa. bisikannya mantap semantap
rayuan iklan permen yang membius anak-anak sebagai konsumennya. lalu
berlanjut dengan menanyakan “tidakkah kamu
ingin menjadi pemuda yang normal saja ?”. pertanyaan itu
membuatku terhuyung-huyung, persis seperti saat seorang petinju dipukul
telak lawannya. keyakinanku agak mulai kendor dan akupun kemudian
memastikan diri, apakah saat ini aku tidak normal ?. jadilah
anak muda normal yang menikmati hidup dengan segala keindahan. terbuai
angan dan hidup dibawah atap kesantaian dan kesenangan. janganlah kamu
terlalu berat dan susah. hiduplah sebagai mana kamu anak yang normal.
punya pacar dan hidup dengan buaian cinta, cinta yang menikmatkan. mengisi
hari-hari dengan luapan suka dan melupakan duka. memenuhi keinginan dan
tujuan untuk artis pujaan. mengahamba pada “raja serba boleh dan ratu
kebebasan”.
bisikan setan yang ini semakin kuat, akupun semakin lemah dan
terhuyung-huyung layaknya dipukul kanan-kiri dengan jab, counter, upper
cut dan sesekali mendapat tendangan maut. aku
baru sadar kalau saat ini aku sedang tersudut. aku bagaikan tersungkur
lemah di sudut ring dan tidak
bisa berbuat apa-apa. aku terbuai oleh rayuan setan la’natullaoh.
kupandingi diriku yang sudah kuyu, lemah, kalah dan penuh dosa. dan aku
ingin reborn.. kuputar kembali memoriku, aku reset kembali ingatanku dan saat itu
kutemukan bisikan lain, bisikan indah seindah wajah cantik para bidadari
penghuni jannah. lantunan bisikan itu kunikmati dengan sangat peka dan
perlahan aku mencoba menancapkannya di tanah hatiku. “Allah,
dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah menjadi kuat.....”(Ar-rum:54).
seketika kulihat tangan kecilku bergerak mengepal mengikuti hitungan wasit
dari satu dan seterusnya. kembali,
bisikan itu kembali, kali ini terdengar lebih keras.
“Seorang
hamba berada antara Allah dan musuhnya, yang terdiri dari setan, jjin dan
manusia. apabila Allah ta’ala menjaga sang hamba dari semua serangan
musuhnya , ia akn selamat, bila Dia membiarkannya walau dalam sekejap,
maka sang hamba akan di terkam oleh musuhnya”.(Ibnu Qoyyim).
mataku terbelalak, kutatap tajam wajah setan durjana, musuh besarku.
aku
berkata pada diriku, Ya Allah temani diriku, bantu aku membunuh musuhku
dan musuh agamaMu. tanganku mulai terangkat siap meluncurkan serangan. sekali alagi, lantunan itu kembali, namun sekarang ia berteriak. ia berteriak kepadaku “jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akn menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”(Muhammad:7) teriakan itu tak ubahnya seperti sebuah detonator (hulu ledak) yang membuatku semakin lincah dan semakin berani menyerang dan meledakkan musuhku. kembali kau berazzam (bertekad), “aku harus menag dan setan harus mati, sekarang!!”. sepontan
aku berkata padanya,”wahai setan durjana,
ketahuilah, kami addalah generasi pejuang, lahir dari rahim para mujahidah
unggulan. kami bukan mengklaim sebagai orang yang paling shaleh, tapi kami
juga tidak memilih kemaksiatan sebagai jalan hidup kami. kami bukan
“gila” amanah dan tamak akan tugas dan kekuasaan, namun kami tidak
akan memilih membuang-buang
waktu untuk kesia-siaan, akmi ingin berharga dan dihargai, bukan dimata
manusia tetapi dimata Allah Subhanahu Ta’ala. kami
bukan pecundang yang merengek menangis karena ditinggal pergi wanita. bagi
kami, air mata ini biarlah
mengalir sederas sungai untuk taqarrub, mendekatkan diri kepadaNya. kami
bukanlah pemuda yang tergila-gila dengan artis pujaan, bagi kami hanya
satu idola akmi dan itu sudah cukup bagi kami
Muhammad “Al-Amin” SAW. kalau pa yang kau sebut dengan pemuda
yang tidak normal itu seperti apa yang kami sebutkan, maka biarlah sejarah
mencatat kami sebagai pemuda yang tidak normal !!”. aku
mulai maju dan maju. kuayunkan tanganku bertubi-tubi dan mendarat di pipi,
mata, dagu, serta pelipisnya. namun ia tetap kuat. ia tetap ditempatnya.
ia tidak begeming sedikitpun. aku tidak putus asa, kulancarkan pukulanku
ke ulu hatinya seraya berteriak “Allahhuakbar”,
dan setan durjana itupun tersungkur, KO, tak berdaya. nafasnya
tersengal-sengal, menunggu ajal. Ya Allah terima kasih. hari ini aku
memenangkan pertempuranku. dan aku yakin Kau akan tetap menolongku........ “jika kamu menolong agama Allah, niscaya Allah akan
menolongmu mengukuhkan kedudukanmu.....(Muhammad : 7). disarikan
dari 38 Generasi Unggulan, Dr
Majdi Al Hilali, Gema Insani Press Qolbunsalim
– Edisi 14 Powered
by arwin_u@yahoo.com |