murni mengarahkan
seluruh konsentrasinya agar setiap kata-kata idolanya nanti tak terlewatkan
satupun dari telinganya. Dia dan ririn tampak nyelip di barisan paling depan,
diantara muslimah yang rata-rata brjilbab lebar dan tanpa lipstik. Karuan saja
kedua sohib itu menjadi pusat perhatian.
“rin,
gawat, orang-orang pada ngeliatin kita,” bisik murni salah tingkah.
“Gara-gara
lipstik lu kali terlalu menor.”
“Ah,
elu. Inikan atas partisipasi elu juga.”suasana mendadak hening.
“Hadirin,
inilahh yang kita-kita tunggu…..Ustadz Muhammad Hari Moekti….,”Suara
pembawa acara mengalihkan perhatia seluruh peserta. Murni memberanikan diri
melongok ke arah jilbab yang memisahkan peserta laki-laki dan wanita. Benar saja.
Didampingi Ustadz Ali Fikri, Bang Hari tampak melangkah kalem penuh ketawadhuan.
Tak ada tepuk tangan., apalagi histeria. Murni menelan ludah. Untuk pertama kali
dalam hidupnya ia melihat bintang rock idola remaja itu dari dekat. Mungkin
kalau tidak ada Ustadz Ali Fikri dan beberapa ikhwan bejenggot yang mengawal
impiannya itu, dia sudah nekat menghambur. Tapi buat murni itu kemungkinan yang
paling gila. Lha, wong Hari Moekti aja tampil islami, kamu mana udah nge-jeans,
bibir menor, ganjen banget lagi! Ejek hati kecilnya.
“Saudara-saudaraku
seiman dan seakidah….<”Bang Hari mengawali ceramahnya. Lama kelamaan
wajah murni menjadi merah padam. Betapa tidak, Hari Moekti berbicara tentang
fitrah wanita, tentang wanita shalihah, tentang jilbab, tentang tabarruj,
tentang akhlakulkarimah, tentang cnta kepada Allah dan rasul-Nya.
“Bagi
orang-orang yang mendpat hidayah dari Allah, Insya Allah hal ini bukanlah hal
yang mengejutkan. Musik telah terbukti melalaikan manusia dari mengingat Allah.
Kenapa musik membuat orang lalai? Saifat lalai itu di timbulkan oleh sesuatu
yang melenakan. Sedangkan sifat melenakna ditimbulkan oleh perbuatan laghwun
(sia-sia). Nah, musik merupakan salah satu perbuatan laghwun,
sebab dia dimainkan untuk memunculkan sifat melenakan. Jadi logikannya, setelah
melakukan perbuatan laghwun , orang
pasti akan terlena, dan setelah terlena ia pasti lalai. Namanya saja orang lalai,
dia tentu tak ingat apa-apa. misalnya, Allah menyuruh wanita untuk mentup
auratnya dengan memakai jilbab dan tidak tabarruj
alais dandanan seronok. Tapi karena wanitanya lalai, yang dilakukannya justru
sebaliknya: memamerkan auratnya plus dandanan seronok. Untuk itu, saya berpesan
kepada kalian, terutama wanitanya. Jagalah fitrah kalian, tutuplah aurat kalian.
Jangan berangan-angan jadi artis deh. Saya saja menyesal sekali dan bertobat
kepada Allah.” Murni terhenyak. Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Berbagai macam
pertanyaan berkecamuk di kepalanya. Kalau yang mengatakan hal-hal itu ririn atau
Emaknya, barangkali ia aka tertawa terbahak-bahak. Tapi ini Hari Moekti! Bang
Hari……Murni melirik Ririn. Lha, si nenek kok malah nunduk? Lagi ngapain sih
dia, kok bahunya terguncang-guncang? Lagi nangis atau ngetawain gue? Hah, Si
Ririn nangis! Murni kaget untuk kesekian kalinya.
Magrib baru saja
berlalu. Murni duduk termenung. Dipandanginya adonan pisang goreng di atangannya
dengan tatapan menerawang. Dia baru saja menggantikan Emak setelah selesai
shalat. Entah mengapa gadis itu menjadi begitu bersemanagt membantu Emanya.
Seperti ada perassan tenang setiap kali ia bisa memberikan sesuatu untuk orang
yang dikasihinya itu. Perasaan yang diam-diam tumbuh sejak pertemuannya dengan
bintang rock Hari Moekti seminggu yang lalu.
“Kok
ngelamun, Mur?” Murni menoleh. Wajah emak tampak begitu indah di matanya kini.
Wajah yang penuh kerut-kerutan, tapi senantiasa memancarkan cahaya kedamaian.
“Mak,
Emak percaya nggak?” tanya Murni.
“Percaya
apa.”
“Bang
Hari benar-benar berubah.”
Emak
mengerutkan keningnya
“Hari?
Maksudmu Kang Hari tukang minyak langganan kita?” murni tersenyum.” Bukan,
Mak. Hari Moekti penyanyi rock, artis.”
“Oo.
Lha, mana emak mengerti yang begituan, Mur. Emakmu ini tahunya bekerja, ngopeni
anak-anaknya. Bekerja yang halal seperti yang diperintahkan Allah SWT. kalau
kita dberi rezeki walaupun sedikit, kita panjatkan syukur kepada-Nya. Kalau kita
berbuat dosa biarpun sedikit kita harus mohon ampun pada-Nya. Gitu lho, Nduk,
kata mbak Estimu.”
Murni
menatap wajah emak lama sekali. Tiba-tiba gadis itu berdiri dan menubruk tubuh
wanita tua itu. Tangisnyapun meledak.
“Maafin
Murni, Mak….Murni mau tobat, Maak. Huhuhuhu………………”
“Lho,
lho. Kamu ini kenapa, Mur? Kok malah nangis?” Murni tak menjawab. Tangisnya
malah semakin keras. Meski bingung Emak membiarkan bungsunya itu menumpahkan
semua perasaannya.
“Kamu
mau tobat, Nduk?, Emak senang mendengarnya,” kata Emak sambil merenggangkan
pelukannya.
“Maksudmu,
kamu mau membantu Emak negegorengin pisang, kan?”Murni menganangguk kuat-kuat.
Tangannya sibuk menyeka air matanya.
“Assalamu’alaikum…..,”sebuah
suara dan wajah tiba-tiba muncul dari ruang engah.
“Mbak
Esti!” Murni langsung menubruk kakaknya itu. Tangisnya terdengar lagi.
“Murni
mau pake jilbab, Mbak……Murni mau belajar Islam. Ajarin Murni ya, Mbak…..”
Mbak
esti terseyum sambil membelai rambut bob milik adiknya.”Murni, hanya satu kata
yang mampu Mbak ucapkan sekarang: BAHAGIA. Tapi, ada satu hal yang membuat Mbak
lebih bahagia lagi. Yuk, kita ke depan. Murni mengkuti langkah kakanya dengan
hati bertaya-tanya. Di ruang tamu rumahnya yang sempit dan sesak ia melihat
seorang wanita berjubah dan berjilbab rapi duduk menunggu. Murni menatap
kearahnya dengan pandangan tak berkedip .
“Ririn…..,”murni
seperti mendesah.
Ririn
segera berdiri dan merentangkan kedua tangannya. Kedua sahabat itu segera larut
dalam sebuah perasaan, perasaan yang pernah hilang. Hanya satu kata : BAHAGIA.