* ADAKAH JALAN UNTUK KAMI *
Sejak musibah itu menimpa keluargaku, aku merasa tak punya gairah hidup
lagi. Ayah yang hanya pensiunan pegawai negeri tidak mendapat ketenangan
di rumah sebab setiap hari terlibat pertengkaran dengan kakak soal uang
pensiun ayah. Uang pensiun ayah memang tidak cukup untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari apalagi ditambah biaya kuliah anak-anak. Aku hanya
anak SMU kelas satu dan 2 orang kakakku kuliah. Keluarga kami dulu
termasuk salah satu keluarga terpandang sebelum ayah pensiun dan ibu
terkena PHK. Karena tidak ada penghasilan tambahan, lama kelamaan
barang-barang rumah habis dijual untuk biaya sehari-hari, biaya sekolah
dan kuliah. Aku dan kedua kakakku tidak dapat membantu mencari tambahan
uang karena tidak ada pengalaman. Kakak laki-lakiku, tiap hari slalu
pulang malam bahkan jika bertengkar dengan ayah tidak akan pulang
sebelum lewat 3 hari. Kakak perempuanku seorang yang rajin dalam
beribadah. Jilbab tak
pernah lepas dari kepalanya dan Al-Qur'an tak pernah luput dari tatapan
mata dan tak pernah lupa untuk slalu menyenandungkannya selepas sholat.
Aku sendiri gadis tomboy yang memilih mengikuti jejak kakak perempuanku
untuk berjilbab dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Suatu hari
datang 2 orang ke rumah dan berbincang-bincang dengan ayah. Setelah
cukup lama, tiba-tiba ayah marah pada orang tersebut dan mengusir mereka
dari rumah. Pagi harinya ada polisi datang dan membawa surat penangkapan
untuk ayah atas tuduhan pembunuhan. Ibu langsung terkena serangan
jantung dan segera dilarikan ke rumah sakit. Ayah, aku dan kedua kakakku
sudahmemberikan keterangan pada polisi bahwa ayah tidak bersalah tapi
orang yang dibunuh adalah orang yang datang ke rumah dan bertengkar
dengan ayah. Ayah memang bertemu dengan korban 10 menit sebelum kematian
korban yaitu pukul 22.00, dan perkiraan kepolisian korban meninggal
pukul 22.10 dan meninggal akibat racun yang diduga dimasukkan dalam
minuman. Semua kesaksian memberatkan ayah dan 25 tahun hukuman penjara
yang harus ayah jalani. Para tetangga tiap hari selalu mencemooh
keluarga kami sampai-sampai ibu mendapat serangan jantung lagi dan tidak
tertolong lagi jiwanya. Rumah dan semua isinya disita dan kami harus
meninggalkan rumah dengan apa yang menempel di badan saja.
Kakakku berhenti kuliah semua dan kami berusaha
mencari pekerjaan untuk dapat bertahan hidup tapi tidak satupun yang mau
mempekerjakan kami karena koran-koran memuat foto kami dan memberitakan
kabar yang tidak benar. Karena tak punya uang satu rupiahpun, kami makan
dedaunan yang kami temui dan kami bertiga berjalan terus sambil berusaha
mencari kerja. Nasib belum berpihak pada kami. Kakak perempuanku sakit
dan kami sudah berusaha minta tolong tapi tak satupun yang
bersedia menolong kami sampai akhirnya kakakku meninggal dunia. Kami tak
mampu menguburkan secara layak. Berdua kami terus berjalan tanpa tujuan.
Kakak kasihan melihatku yang semakin kurus tapi kakak juga tidak dapat
berbuat apa-apa. Kami hanya mampu berdoa mohon petunjuk dan bimbingan
dari Tuhan apa yang harus kami lakukan dan kami juga terus berusaha
dalam menjalani kehidupan walaupun sebenarnya aku sendiri sudah enggan
hidup lagi tapi sebagai orang beragama tidak boleh putus asa. Kami
berdoa semoga Tuhan mengulurkan bantuan melalui tangan-tangan orang yang
bertaqwa pada-Nya